Jumat, 15 November 2013

Pembelajaran Terpadu Model Fragmented



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, pengelolaan kelas (Arends, 1997: 7)[1]
Menurut Johnson (dalam Trianto, 2010), untuk menegtahui kualitas model pembelajaran harus dilihat dari dua aspek, yaitu proses dan produk. Aspek produk mengacu apakah pembelajaran mampu menciptakan situasi belajar yang menyenangkan (joyful learning) serta mendorong siswa untuk aktif belajar dan berpikir kreatif. Aspek produk mengacu pada apakah pembelajaran mampu mencapai tujuan, yaitu mampu meningkatkan kemampuan siswa sesuai standar kemampuan atau kompetensi yang ditentukan.
Untuk mencapai hal tersebut perlu diupayakan suatu pembelajaran yang bermakna melalui pembelajaran terpadu. Dimana pembelajaran terpadu membuat peserta didik memperoleh pengalaman langsung sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan menerapkan konsep yang telah dipelajarinya.
            Melalui model pembelajaran fragmented diharapkan peserta didik bisa mendapatkan aspek proses dan produk yang sudah ditentukan. Dimana pengertian model pembelajaran fragmentend yaitu model pembelajaran yang di dalamnya terdapat penyusunan kurikulum tradisional berdasarkan ilmu-ilmu yang berbeda dan terpisah. Pembelajaran yang dilaksanakan secara terpisah yaitu hanya fokus pada satu disiplin mata pelajaran.


B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah pengertian model Fragmented?
2.       Apakah manfaat model Fragmented?
3.      Apakah kelebihan dan  kelemahan Model Fragmented?
4.      Bagaimana kegunaan model Fragmented?
5.      Bagaimana penerapan model Fragmented dalam pembelajaran di SD?

C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian model Fragmented
2.      Untuk mengetahui  manfaat model Fragmented
3.      Untuk mengetahui kelebihan dan  kelemahan model Fragmented
4.      Untuk mengetahui kegunaan model Fragmented
5.      Untuk mengetahui penerapan model Fragmented dalam pembelajaran di SD


 
 

  
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.      Pengertian Model Fragmented
Model Fragmented adalah susunan kurikulum tradisional yang memisahkan berbagai macam disiplin ilmu. Di dalam kurikulum standar, berbagai mata pelajaran diajarkan secara terpisah dan sama sekali tidak ada usaha untuk menghubungkan dan menggabungkan pelajaran-pelajaran tersebut.
Merupakan model pembelajaran konvensional (umumnya) yang terpisah secara mata pelajaran. Hal ini dipelajari siswa tanpa menghubungkan kebermaknaan dan keterkaitan antara satu pelajaran dengan pelajaran lainnya. Setiap mata pelajaran diajarkan oleh guru yang berbeda dan mungkin pula ruang yang berbeda. Setiap mata pelajaran memiliki ranahnya tersendiri dan tidak ada usaha untuk mempersatukannya.
Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa model fragmented ini menunjukkan pengintegrasian secara implisit di dalam satu displin ilmu tertentu (intra disiplin). Di dalam masing-masing disiplin ilmu itu memiliki bagian-bagian atau bidang-bidang ilmu yang merupakan satu kesatuan dalam bidang ilmu tersebut. Misalnya dalam pembelajaran Bahasa Indonesi terdapat lima aspek yaitu: Berbicara, menulis, menyimak, membaca, dan apresiasi sastra. Dalam pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia ini lima aspek tersebut dianjurkan secara menyeluruh sesuai dengan kurikulum yang telah direncanakan. Untuk mata pelajaran IPA terdiri atas ilmu Kimia, Fisika, dan Biologi. Sedangkan matapelajaran IPS terdiri atas ilmu Geografi, Sejarah, dan Ekonomi.


Untuk memahami pembelajaran Fragmented, perhatikan gambar di bawah ini: 



2.      Manfaat Model Fragmented
Salah satu manfaat dari model fragmented ini adalah menjaga agar suatu matapelajaran terjaga keaslian dan kemurniannya tidak tercampuri dengan matapelajaran yang lainnya. Oleh karena itu model ini menyiapkan seorang guru yang betul-betul pakar atau ahli di bidang matapelajaran yang ia ajarkan dan mampu mengajarkan, menggali, dan memahami materi tersebut secara luas dan mendalam. Dan model ini juga memberikan “zona kenyamanan” bagi seluruh pesertanya artinya guru akan ditempatkan sebagai seorang sumber belajar, sedangkan siswa sebagai pencari ilmu yang berbeda. Dengan bantuan seorang guru siswa akan banyak mendapatkan manfaat dari model fragmented ini.

3.      Kelebihan dan Kekurangan Model Fragmented
a)      Kelebihan Model Fragmented
Adapun kelebihan dari model Fragmented ini, antara lain :
a.       Guru dapat menyiapkan bahan ajar sesuai dengan bidang keahliannya dan dengan mudah menentukan ruang lingkup bahasan yang diprioritaskan dalam setiap pengajaran
b.      Materi pelajaran merupakan bentuk yang murni dari setiap ilmu
c.       Menciptakan guru yang ahli dibidangnya serta dapat mengembangkan ilmunya secara luas

b)      Kekurangan Model Fragmented
Model pembelajaran terpadu jenis Fragmented ini memiliki beberapa kelemahan, antara lain :
a.       Siswa tidak mampu membuat hubungan yang berkesinambungan antara macam bidang ilmu yang berbeda sehingga mereka tidak mampu membuat hubungan secara konsep dua mata pelajaran yang berbeda.
b.      Model ini akan menyebabkan semacam proses tumpang tindih dalam hal konsep, perilaku dan konsep yang dikuasai siswa.
c.       Tidak efisien waktu karena mata pelajaran disajikan secara terpenggal-penggal

4.      Kegunaan Model Fragmented
Model fragmented ini akan berguna apabila diterapkan pada sekolah dasar yang siswanya memiliki berbagai macam karakter yang berbeda dengan berbagai macam bidang ilmu yang ada yang nantinya siswa akan didorong untuk memilih jurusan yang paling mereka sukai. Dan model ini sangat bermanfaat pada tingkat menengah atas dan universitas di mana masing-masing siswa akan kita dorong untuk menentukan dan mengkhususkan bidang keahlian yeng meraka miliki melalui serangkaian aktivitas seperti monitoring, pelatihan, serta kerja sama belajar. Selain itu model ini juga sangat bermanfaat untuk guru yang ingin lebih spesifik dalam keahliannya di bidang ilmu tertentu dan menggembangkan kurikulum yang ada dalam proses pembelajaran di kelas.

5.      Penerapan Model Fragmented
Menurut Fogarty (1991:6) model fragmented sangat cocok diterapkan pada tahap penjurusan mata pelajaran misalnya diterapkan pada tingkat Universitas ataupun Sekolah Menengah Atas yang dalam proses pembelajarannya terdapat penjurusan/pemisahan mata pelajaran.
Akan tetapi di Sekolah Dasar juga dapat diterapkan baik di kelas rendah maupun di kelas tinggi yaitu di kelas. Tergantung bagaimana guru bisa mengemas pembelajaran sebaik mungkin, agar siswa bisa lebih bermakna dalam mengikuti pembelajaran.
Sebagai contoh penerapan, berikut ini tentang pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar dengan menggunakan pembelajaran terpadu model fragmented.
Tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia adalah meningkatkan kemampuan berbahasa siswa baik lisan maupun tertulis. Kemampuan berbahasa meliputi kemampuan mendengarkan, membaca, berbicara, menulis, dan apresiasi sastra. Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia diharapkan kelima kemampuan tersebut dapat meningkat baik secara lisan maupun tertulis.
Untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan berbahasa siswa diperlukan berbagai usaha, strategi maupun metode yang inovatif dan kreatif sehingga pembelajaran Bahasa Indonesia tidak menjadi pembelajaran yang membosankan bagi siswa. Dengan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan diharapkan siswa dapat belajar mandiri dan merasa bertanggung jawab untuk mengembangkan kemampuannya sendiri tanpa ada paksaan dari guru. Untuk mencapai tujuan tersebut seorang guru harus berusaha untuk membuat rencana pembelajaran sesuai dengan kebutuhan, potensi, sarana dan prasarana yang tersedia.
Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, kelima aspek kemampuan berbahasa tersebut harus diberikan secara menyeluruh dan terencana, sehingga diharapkan siswa dapat meningkatkan dan menguasai kelima aspek tersebut baik secara lisan maupun tulis dalam pengembangan ilmu pengetahuan.
Namun dalam pembelajaran model Fragmented ini kelima aspek dalam keterampilan berbahasa di penggal-penggal dalam waktu yang berbeda. Hal itu dimaksudkan agar siswa bisa menguasai suatu pembelajaran secara mendalam. Model Fragmented ini dalam pemenggalannya bisa disampaikan dalam waktu yang berbeda atau juga penggunaan guru yang berbeda.


BAB III
PENUTUP

      

A. Kesimpulan
Model Fragmented merupakan model pembelajaran konvensional (umumnya) yang terpisah secara mata pelajaran. Hal ini dipelajari siswa tanpa menghubungkan kebermaknaan dan keterkaitan antara satu pelajaran dengan pelajaran lainnya.
Sesuai dengan Fogarty yang menyatakan kesepuluh model dalam pembelajaran terpadu, tentunya masing-masing model memiliki kelebihan dan kekurangan dalam implementasi dilapangan. Seperti model Fragmented dengan semua kelebihan dan kelemahannya, semua dapat dimaksimalkan dengan kreatifitas dan inovasi guru dalam menciptakan suasana pembelajaran yang dapat memotivasi siswa dalam belajar sehingga meminimalkan semua kelemahan yang ada pada masing-masing model terutama pada model fragmented.

B.     Saran
Seorang pendidik (guru) diharapkan mampu menyesuaikan dan mengkondisikan kepada siswa yang bagaimana model pembelajaran fragmented ini diterapkan dan bisa memaksimalkan kelebihannya agar pembelajaran bisa tercapai sesuai tujuan yang ingin dicapai.







DAFTAR PUSTAKA

Hernawan, Asep Hary. 2007. “Pembelajaran Terpadu di SD”. Jakarta : Universitas Terbuka.
Fogarty, Robin. 1991. “How to Integrate the Curricula”. United States of America : IRI/Skylight Publishing, Inc.
Education, Jurnal. 2013. “Pembelajaran Terpadu Tipe Fragmented”. Dalam www.google.com. Oktober 2013.
Resmini, Novi. Model-model Pembelajaran Terpadu pdf. Universitas Pendidikan Indonesia
Soenarko, Bambang. 2011. Konsep Pembelajaran Terpadu. Kediri: Universitas Nusantar PGRI Kediri
Kuliah, Gratis. 2012. “Kelebihan dan kekurangan Model Pembelajaran Terpadu”. Dalam www.blogspot.com. Oktober 2013
Julianto. 2010. Kajian Teori dan Implementasi Model Pembelajaran Terpadu dalam Pembelajaran di kelas. Surabaya: Unesa University Press



[1] Dalam Trianto. Model Pembelajaran Terpadu.(Jakarta: 2010), hlm 51

1 komentar: